Gallery

Cerita tentang kopi Mandheling (kopi Zaman)

Mandheling
Kopi yang di tanam pada tahun 1918

Mandheling
Kopi yang di tanam oleh seorang Belanda yang bernama Pashania di tahun 1918


Kopi Mandheling

Mandheling

1945. Sebagai acara perpisahan, beberapa Tentara Jepang (TJ) mampir di kedai kopi pak Regar (PR).
TJ: Umai! (Enak) Kore doko kara? Dari, mana?
PR: (menyangka pak tentara menyebut Omae = kamu)
PR: Sahaja? Dari Mandailing, Tuan...
TJ: E? Nani? Mandeeringgu?
PR: Ya tuan. Mandailing tuan.
TJ: Ah, sou... (sambil manggut-manggut).
Sepuluh tahun kemudian, telepon luar negeri untuk Pwani, seorang makelar beken di tanah Sumatra, berdering di meja operator. Terjadilah transaksi mengapalkan 15 ton Kopi Arabika bermutu tinggi dari Sumatra ke Jepang, sebagai tonggak keberhasilan ekspor besar-besaran pertama, dengan label yang menginternasional sejak saat itu: Mandheling (yang sebenarnya bukan nama tempat, melainkan semata-mata plesetan nama kelompok etnik yang kebetulan paling terlibat dalam produksi kopi, Mandailing, yang saya masih penasaran apa hubungannya dengan Mandarin dan alat musik Mandolin).

Di Indonesia malah paling juga tahunya kopi Medan...
BTW: Ini hanya gosip dari Sumatra. Pada kenyataannya, jauh sebelum perang dunia II, dalam katalog grosir kodian Sears tahun 1903 tercatat "Java Mandailing" for sale. Saat itu, sudah umum untuk memanggil semua kopi Indonesia dengan Java-ini dan-anu (bukan berarti berasal dari Jawa).

Terkenang sekaleng Mandheling,
mendukungku bergadang di lab saat-saat genting...
Sebagai makhluk yang
tak mampu membedakan Nescafe dengan Kapal Api,
ibarat menghadiahi mutiara kepada seekor sapi
(^-^; Belum paham apa enaknya...
Pahit gila! Tapi manjur lah...
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar