Kopi Luwak Untuk Pelestarian Cagar Alam
Udara yang kabut di
pagi hari membuat tubuh enggan untuk melakukan
aktifitas, dengan cita rasa kopi dapat
membangkitkan untuk menggerakkan tubuh. Setiap pagi kami menikmati kopi untuk
menciptakan insfirasi untuk melakukan aktifitas.Itulah referensi yang diambil
dari berbagai dialog bersama masyarakat Pinggiran Dolok Sibual-Buali kecamatan Sipirok
Tapanuli Selatan.Seiring dengan perkembangan teknologi pertanian Saat ini Ada
beberapa desa di kaki bukit Sibual-Buali yang membudidayakan Kopi arabika,
dengan berbagai varietas baik itu lokal dan pemuliaan tanaman.
Kebun yang begitu
jauh dari pemukiman secara turun temurun petani selalu menanam buah-buahan
sebagai pelepas dahaga di kebun. Tetapi sekarang kopi lebih di prioritaskan.Apa
yang terjadi sekarang ini,,,,?Kaki bukit sibual-buali yang memiliki ketinggian
1000-1300 Mdpl berbatas langsung dengan hutan Cagar Alam Dolok Sibual-buali
ternyata banyak musang yang dapat merugikan masyarakat petani kopi.Masyarakat
tahu bahwa kopi yang dihasilkan dari permentasi luwak sangat tinggi nilainya,
tetapi begitu susahnya untuk mendapatkan Kopi luwak itu dimana keeberadaannya
karena luwak selalu bawa ke hutan.Bersama Lembagasipirok Lestari, Kopi Luwak Medan,
Posyantek Kecamatan Sipirok dan Para petani mencoba merumuskan sama-sama
bagaimana caranya supaya mudah memperoleh kopi luwak.Salah satu ide yang
tercetus adalah dengan memperkaya tanaman buah-buahan di kebun.Terbukti dengan banyaknya tanaman buah seperti pepaya,
durian, alpukat, pisang, jambu, nangka yang ditanam dikebun membuat luwak
menjadi betah dikebun untuk melakukan permentasi kopi dalam perutnya.
Selain dapat
dinikmati untuk pelepas dahaga di kebun, kopi juga memperoleh perlindungan dari
sinar matahari secara langsung sehingga kelembapan tanah menjadi stabil untuk
kopi. Selain itu luwak yang memakan kopi tidak membawanya lagi kehutan karena
kebutuhan makan mereka terpenuhi di kebun sehingga kopi luwak mudah di cari di
sekitar kebun.Buah yang banyak, ketinggian mendukung, ramah pembudidayaan, inilah
yang meyebabkan biji kopi luwak Sipirok memiliki cita rasa
yang tajam dan unik.
Cara
Pengelolaan
Kopi Luwak sipirok di ambil dari pinggiran
kebun atau di hutan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit oleh petani biasanya
para petani melihat kopi luwak di bawah tegakan pohon buah-buahan karena pada
umumnya Musang( luwak) mengeluarkan gabah kopi
permentit di situ.
Pada umumnya petani yang memiliki 1 ha tanah di dengan jumlah tanaman 2000-3000
batang setiap minggunya dapat menghasilkan 4-6 Tumbak yang mana 1 tumbak itu
adalah 2 liter.
Gabah kopi luwak yang dikumpulkan berbentuk molen dikumpulkan oleh
pengorganisir dan pengumpulan kopi di desa. Pengorganisir tersebut sebagai orang yang
memverifikasi keaslian kopi luwak dari masyarakat.Kopi yang sudah terkumpul di cuci dan jemur sampai
kering kemudian dikupas secara manual oleh petani pengumpul kopi.Saat pengupasan kopi dipisahkan dari
sampah, biji sompel, biji gepeng dan biji yang kosong. Biji yang sudah di
bersihkan di jemur sampai kadar air 12 % kemudian di simpan dalan toples, atau tupper ware, agar tidak bercampur
dengan aroma lain nya. Karena biji kopi sifatnya menyerap aroma yang ada di sekitarnya.Posyantek
kecamatan Sipirok,
bersama Lembaga
Sipirok Lestari dan Kopi luwak Medan sebagai
sebagai inisiator bertanggung jawab menampung kopi luwak dari masyarakat
pinggiran Dolok
Sibual-Buali. Hal yang dilakukan
adalah dengan memperluas jaringan pasar baik dalam bentuk green bean atau bubuk
kopi luwak.
Kendala:
Desa dengan jumlah
penduduk 188 KK dengan luasan 28,30 km persegi
yang terletak di pinggiran CA
Dolok Sibual-Buali,petani memiliki perkebun varietas kopi Arabica seluas 90 ha yang telah menghasilkan kopi Arabika antara 1 ton-5 ton dalam
1 minggu,sedangkan biji kopi luwak liar antara 15 kg-25 kg dalam setiap
minggu. Jumlah itu masih sedikit karena kemampuan inisiator (Posyantek Kecamatan Sipirok, bersama Lembaga Sipirok Lestari dan Kopi Luwak Medan masih
terbatas untuk membeli nya dari petani itu sendiri.Hal ini
bukan berarti di kendala modal tetapi konsumen para kopi luwak belum begitu
luas, referensi yang diambil, kopi luwak yang distok dan belum dikonsumsi lama-kelamaan aromanya turun, itu yang tidak
kami lakukan karena kami masih bisa memasarkan antara 15-20 kg/minggunya.